ASAL-USUL MUNCULNYA LEMBAGA PENDIDIKAN
ISLAM DI INDONESIA
Makalah Ini Disusun Dan Diajukan Untuk
Memenuhi Tugas Matakuliah
Sosiologi Pendidikan Islam
Semester V
B
Dosen Pembimbing:
Drs. Athor Subroto,
M.Si
SAJIAN
PERTAMA
KELOMPOK
5
DISUSUN
OLEH:
1.
Mahfud Khozin Zohari
2.
Amir Murtono
3.
Nur Kholiq
4.
Yuni Nur Hayati
5.
Sulis Anisya
JURUSAN PRODI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM “MIFTAHUL ‘ULA”
(STAIM)
NGLAWAK-KERTOSONO-NGANJUK
SEPTEMBER , 2012
BAB
I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Jika kita mencermati agenda
permasalahan universal yang dihadapi rakyat Indonesia dewasa ini, maka
diskursus yang paling menarik untuk dibahas adalah pendidikan. Pendidikan
merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari kehidupan. Dengan
pendidikan, kita bisa memajukan kebudayaan dan mengangkat derajat bangsa di
mata dunia internasional. Dengan pendidikan akan lahirlah Sumber Daya Manusia
yang berkualitas, baik dari segi spritual, intelegensi, maupun skill.
Kita barangkali perlu merefleksikan lagi
bahwa Indonesia merupakan pusat konsentrasi umat Islam yang terbesar di dunia.
Sehingga dengan demikian, eksistensi pendidikan Islam di Indonesia tidak dapat
dipandang sebelah mata saja. Karena bagaimanapun, pendidikan Islam merupakan
warisan leluhur bangsa ini yang pernah berhasil menciptakan manusia yang
berkualitas, baik intelektual maupun moralitas. Sehingga tidak mengherankan,
bila pendiri negeri ini meletakkan pendidikan pada tempat yang tertinggi
sebagai sarana untuk membina dan membangun manusia Indonesia seutuhnya,
sebagaimana tercermin dalam Pembukaan UUD 1945: “untuk memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.”
Untuk itu, tak berlebihan kiranya
jika kita kembali merunut sejarah masa lalu terhadap perkembangan pendidikan Islam
di Indonesia dari waktu ke waktu, sejak dengan ditandai oleh munculnya berbagai
lembaga pendidikan secara bertahap; mulai dari yang amat sederhana, sampai
dengan tahap-tahap yang sudah terhitung modern dan lengkap; yang kesemuanya
telah memainkan fungsi dan perannya sesuai dengan tuntutan masyarakat dan
zamannya. Dengan demikian diharapkan akan dapat menjadi bahan rujukan dan
perbandingan bagi pengelola pendidikan Islam pada masa sekarang ini.
2. Rumusan Masalah
Dalam latar belakang tersebut maka
kami mengambil rmusan masalah sbb. :
1. Kapan
Masuk & Berkembangnya Islam di Indonesia ?
2. Bagaimana
Asal-usul mengenai Pendidikan Islam di Indonesia ?
3. Bagaimana
Sistem Pendidikan Islam Pada Masa Kerajaan Islam di Nusantara ?
3. Tujuan Pembahasan
Dari Rumusan Masalah tersebut maka
kami mengambil rumusan masalah sbb
1. Mengerti
megenai Masuk & Berkembangnya Islam di Indonesia.
2. Mengerti
megenai Asal-Usul Pendidikan Islam di Indonesia.
3. Mengerti
megenai Sistem Pendidikan Islam Pada Masa Kerajaan Islam di Nusantara.
BAB
II
PEMBAHASAN
1) Masuk & Berkembangnya Islam di Indonesia
Prof. Haidar Putra Daulay menyebutkan bahwa proses
masuknya Islam ke Indonesia agak unik dibandingkan dengan masuknya Islam ke
daerah-daerah lain. Islam masuk ke Indonesia secara damai dibawa oleh para pedagang
dan mubaligh. Sedangkan Islam yang masuk ke daerah lain pada umumnya banyak
lewat penaklukan, seperti masuknya Islam le Irak, Iran (Persi), Mesir, Afrika
Utara sampai ke Andalusia.
Sejauh menyangkut kedatangan Islam di Nusantara,
terdapat diskusi dan perdebatan panjang di antara para ahli mengenai tiga
masalah pokok: tempat asal kedatangan Islam; para pembawanya; dan waktu
kedatangannya. Berbagai teori dan pembahasan yang berusaha menjawab ketiga
masalah pokok ini jelas belum tuntas dan belum memuaskan hingga saat ini.
Sarjana Belanda kebanyakan berpendapat bahwa
kedatangan Islam ke Nusantara berasal dari India, di antara sarjana tersebut
adalah Pijnappel dari Universitas Leiden, Moquette, Snouck Hurgronje. Menurut
Hurgronje abad ke-12 adalah periode paling mungkin dari permulaan penyebaran
Islam di Nusantara. Selain itu, beberapa Sarjana lain seperti Crawfurd, Niemann
dan Naquib Al Attas berpendapat bahwa Islam tiba di Indonesia langsung berasal
dari Arab. Bahkan Naquib Al Attas paling gigih mempertahankan teori ini.
Suatu hal yang dapat dikemukakan bahwa masuknya
Islam ke Indonesia tidaklah bersamaan, ada daerah-daerah yang sejak dini telah
dimasuki oleh Islam, di samping ada daerah yang terbelakang dimasuki Islam.
Berkenaan dengan ini telah disepakati bersama oleh sejarawan Islam bahwa Islam
pertama kali masuk ke Indonesia adalah di Sumatera. Kedatangan Islam ke
Indonesia itu sendiri terjadi melalui kegiatan perdagangan yang ditempuh dengan
proses yang sangat panjang sampai terbentuknya masyarakat muslim.
Terbentuknya masyarakat muslim di suatu tempat
adalah melalui proses panjang yang dimulai dari terbentuknya pribadi-pribadi
muslim sebagai hasil dari upaya para da’i. Masyarakat muslim tersebut
selanjutnya menumbuhkan kerajaan Islam, tercatatlah sejumlah kerajaan-kerajaan
Islam di Nusantara, seperti Kerajaan Perlak, Pasai, Aceh Darussalam, Banten,
Demak, Mataram, dan lain sebagainya.
Tersebarnya Islam ke berbagai wilayah di Indonesia
yang begitu cepat tidak terlepas dari berbagai peran, terutama adanya kekuatan
politik dari kerajaan Islam digabungkan dengan semangat para mubaligh untuk
mengajarkan Islam. Maka dalam hal ini, peran pendidikan Islam turut memberikan
sumbangsih positif kepada kemajuan peradaban bangsa Indonesia.
2) Asal-Usul Pendidikan Islam di Indonesia
Berbicara tentang pendidikan Islam di Indonesia,
sangatlah erat hubungannya dengan kedatangan Islam itu sendiri ke Indonesia.
Dalam konteks ini, Mahmud Yunus mengatakan, bahwa sejarah pendidikan Islam sama
tuanya dengan masuknya Islam ke Indonesia. Hal ini disebabkan karena pemeluk
agama Islam yang kala itu masih tergolong baru, maka sudah pasti akan
mempelajari dan memahami tentang ajaran-ajaran Islam. Meski dalam pengertian
sederhana, namun proses pembelajaran waktu itu telah terjadi. Dari sinilah
mulai timbul pendidikan Islam, dimana pada mulanya mereka belajar di
rumah-rumah, langgar/surau, masjid dan kemudian berkembang menjadi pondok
pesantren. Setelah itu baru timbul sistem madrasah yang teratur sebagaimana
yang dikenal sekarang ini.
Berdasarkan ungkapan di atas, dapat dipastikan
pendidikan Islam itu telah berlangsung di Indonesia sejak mubaligh pertama
melakukan kegiatannya dalam rangka menyampaikan keislaman baik dalam bentuk
pentransferan pengetahuan, nilai, dan aktivitas maupun dalam pembentukan sikap
atau suri tauladan. Maka dalam konteks pendidikan, para pedagang dan mubaligh
yang memperkenalkan sekaligus mengajarkan Islam tersebut adalah pendidik, sebab
mereka telah melaksanakan tugas-tugas kependidikan.
Dalam hal ini timbul pertanyaan, apa tolok ukur
yang dijadikan bahwa kegiatan para pedagang atau mubaligh di dalam rangka
menyampaikan ajaran Islam dapat digolongkan kepada aktivitas pendidikan. Untuk
mencari makna dan hakikat pendidikan, maka perlu dcari ciri-ciri esensial
aktivitas pendidikan, sehingga dapat dipilih mana aktivitas pendidikan dan mana
yang bukan, untuk itu perlu dicari unsur dasar pendidikan.
Neong Muhadjir sebagaimana yang dikutip Haidar
Putra Daulay menjelaskan bahwa ada lima unsur dasar pendidikan, yaitu adanya
unsur pemberi dan penerima. Unsur pemberi dan penerima baru bermakna pendidikan
kalau dibarengi dengan unsur ketiga, yaitu adanya tujuan baik. Jika hanya
hubungan pemberi dan penerima saja yang ada ini belum dapat dikatakan aktivitas
pendidikan, tanpa dibarengi dengan tujuan baik, sebab hubungan antara penjual
dan pembeli, majikan dan buruh, juga ada hubungan antara pemberi dan penerima
dan hubungan yang seperti ini belum dikatakan aktivitas pendidikan. Unsur
berikutnya yakni unsur keempat cara atau jalan yang baik. Hal ini terkait
nilai. Selanjutnya unsur kelima adalah konteks yang positif upaya pendidik
adalah menumbuhkan konteks positif dengan menjauhi konteks negatif.
Dengan dijelaskannya kelima unsur dasar pendidikan
di atas akan dapat dijadikan acuan tentang aktivitas pedagang dan mubaligh
tersebut apakah dapat digolongkan sebagai sebuah aktivitas pendidikan atau
bukan. Maka jika kita hubung-hubungkan akan ditemukan sebuah kesimpulan bahwa
para pedagang dan mubaligh ketika memperkenalkan dan
mengajarkan ajaran
Islam kepada masyarakat sudah memenuhi unsur pendidikan tersebut. Dengan
demikian, pendidikan Islam di Indonesia telah berlangsung sejak masuknya Islam
ke Indonesia, dan dengan demikian pula pendidikan Islam telah memainkan
peranannya dalam pembentukan masyarakat Indonesia.
3) Sistem Pendidikan Islam Pada Masa Kerajaan Islam di
Nusantara
Hubungannya dengan pengembangan pendidikan Islam
di Indonesia, sejak awal penyebaran Islam, masjid telah memegang peranan yang
cukup besar. Kedatangan orang-orang Islam ke Indonesia yang pada umumnya
berprofesi sebagai pedagang, mereka hidup berkelompok dalam beberapa tempat,
yang kemudian tempat-tempat yang mereka tempati tersebut menjadi pusat-pusat
perdagangan. Di sekitar pusat-pusat dagang itulah, mereka biasanya membangun
sebuah tempat sederhana (masjid), dimana mereka bisa melakukan shalat dan
kegiatan lainnya sehari-hari. Memang tampaknya tidak hanya kegiatan perdagangan
yang menarik bagi penduduk setempat. Kegiatan para pedagang muslim selepas
dagangpun menarik perhatian masyarakat. Maka sejak itulah pengenalan Islam
secara sistematis dan berlangsung di banyak tempat.
Pada masa itu, masjid dijadikan satu-satunya
tempat bertemu antara ulama dengan masyarakat umum. Hal ini mengingat tidak ada
tempat yang lebih memadai dalam mewadahi kegiatan tersebut selain di masjid.
Maka tak heran bila akhirnya masjid selain untuk kegiatan ibadah, juga difungsi
sebagai pusat kegiatan pendidikan bagi penduduk pedesaaan. Dari masjid inilah
generasi muda muslim dididik dan digembleng, merekalah yang nantinya membuka
jalan baru dalam membentuk masyarakat muslim di Indonesia dan menyebar sampai
seluruh pelosok tanah air hingga terbentuknya kerajaan Islam di Indonesia.
Pada masa kerajaan Islam, para sultan memberikan
dukungan yang sangat besar terhadap pengembangan masjid sebagai pusat
pendidikan. Di Jawa, Sultan Demak memerintahkan pembangunan masjid agung yang
menjadi pusat keilmuan kerajaan di Bintara, kemudian dukungan kepada para wali
yang bertanggung jawab terhadap kehidupan agama Islam di Demak dengan pusat
kegiatannya di Masjid Agung Demak. Dari masjid itulah para wali merencanakan,
mendiskusikan dan membahas perkembangan Islam di Jawa dan pada akhirnya mereka
berhasil mengislamkan Pulau Jawa. Di Kutai, Sultan mendirikan masjid yang
dijadikan sebagai tempat terhormat untuk menjadi tempat pendidikan dari
kalangan bawah sampai atas, termasuk dari kalangan keluarganya sendiri.
Sementara di Aceh, masjid dibangun dengan megah dan dijadikan tempat mendidik
masyarakat kesultananan Aceh.
Dalam perkembangan selanjutnya, masjid sebagai
pusat pendidikan dan pengajaran secara informal maupun nonformal ini ternyata
memberikan hasil yang cukup gemilang, yakni
tersebarnya ajaran
Islam keseluruh pelosok tanah air. Ada beberapa hal yang bisa diperhatikan
dalam sistem pendidikan Islam di masjid, yaitu:
1.
Tenaga pendidik,
mereka adalah orang-orang yang tidak meminta imbalan jasa, tidak ada
spesifikasi khusus dalam keahlian mengajar, mendidik bukan pekerjaan utama, dan
tidak diangkat oleh siapapun;
2.
Mata pelajaran
yang diajarkan terutama ilmu-ilmu yang bersumber kepada al-Qur’an dan
al-Sunnah, namun dalam perkembangan berikutnya ada bidang kajian lain, seperti:
tafsir, fikih, kalam, bahasa Arab, sastra maupun yang lainnya;
3.
Siswa atau
peserta didik, mereka adalah orang-orang yang ingin mempelajari Islam , tidak
dibatasi oleh usia, dari segala kalangan dan tidak ada perbedaaan
4.
Sistem
pengajaran yang dilakukan memakai sistem halaqah (merupakan metode dimana
santri menghafal teks atau kalimat tertentu dari kitab yang dipelajarinya);
Metode pengajaran yang
diterapkan memakai 2 metode, yakni metode bandongan (merupakan metode dimana
seorang guru membacakan dan menjelaskan isi sebuah kitab, dikerumuni oleh
sejumlah murid yang masing-masing memegang kitab yang serupa, mendengarkan dan
mencatat keterangan yang diberikan gurunya berkenaan dengan bahasan yang ada
dalam kitab tersebut pada lembaran kitab atau pada kertas catatan yang lain dan
metode sorogan (merupakan metode dimana santri menyodorkan sebuah kitab
dihadapan gurunya, kemudian guru memberikan tuntunan bagaimana cara membacanya,
menghafalkannya, dan pada jenjang berikutnya bagaimana menterjemahkan serta
menafsirkannya).
Mengenai waktu
pendidikan, tidak ada waktu khusus dalam proses pendidikan di masjid, hanya
biasanya banyak dilakukan di sore atau malam hari, karena waktu tersebut tidak
mengganggu kegiatan sehari-hari dan mereka mempunyai waktu yang cukup luang.
PENUTUP
Kesimpulan :
1. Masuk & Berkembangnya Islam di Indonesia
Suatu hal yang dapat dikemukakan bahwa
masuknya Islam ke Indonesia tidaklah bersamaan, ada daerah-daerah yang sejak
dini telah dimasuki oleh Islam, di samping ada daerah yang terbelakang dimasuki
Islam. Berkenaan dengan ini telah disepakati bersama oleh sejarawan Islam bahwa
Islam pertama kali masuk ke Indonesia adalah di Sumatera. Kedatangan Islam ke
Indonesia itu sendiri terjadi melalui kegiatan perdagangan yang ditempuh dengan
proses yang sangat panjang sampai terbentuknya masyarakat muslim.
2. Asal-Usul Pendidikan Islam di Indonesia
pendidikan Islam itu telah berlangsung di
Indonesia sejak mubaligh pertama melakukan kegiatannya dalam rangka
menyampaikan keislaman baik dalam bentuk pentransferan pengetahuan, nilai, dan
aktivitas maupun dalam pembentukan sikap atau suri tauladan. Maka dalam konteks
pendidikan, para pedagang dan mubaligh yang memperkenalkan sekaligus
mengajarkan Islam tersebut adalah pendidik, sebab mereka telah melaksanakan
tugas-tugas kependidikan.
3. Sistem Pendidikan Islam Pada Masa Kerajaan Islam di
Nusantara
Masjid
selain untuk kegiatan ibadah, juga difungsi sebagai pusat kegiatan pendidikan
bagi penduduk pedesaaan. Dalam perkembangan selanjutnya, masjid sebagai pusat
pendidikan dan pengajaran secara informal maupun nonformal ini ternyata
memberikan hasil yang cukup gemilang, yakni tersebarnya ajaran Islam keseluruh
pelosok tanah air. Di Dalam Metode pengajaran yang diterapkan memakai 2 metode,
yakni metode bandongan dan Metode sorogan.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Azra,
Azyurmadi, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru,
Ciputat: Logos, 1999.
2. Daulay,
Haidar Putra, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet. II, 2007.
3. Hasbullah,
Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Rajawali Press, 1995.
4. Nasution,
Harun, Pembaruan dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1991.
5. Nata,
Abuddin (Editor), Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembaga
Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Grasindo, 2001.
6. Nizar,
Samsul, Sejarah dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam, Ciputat: Quantum
Teaching, 2005.
7. Yatim,
Badri Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001.
8. Yunus,
Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung, 1985.
9. Www.Asal
Usul Pendidikan Islam di Indonesia _ 5 Laras.com (diakses tanggal 6 September
2012)